Latest Updates

PROPOSAL PTK 9 : Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas VI SDN No 104 Abbanuange Tentang Ekosistem

A. Latar Belakang

Dalam proses belajar mengajar di kelas, guru pasti dihadapkan pada kondisi pembelajaran dengan jumlah siswa, gender, latar belakang etnis, agama, sosio-ekonomi, budaya, tingkah laku dan kemampuan akademik siswa yang beraneka ragam sehingga untuk mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran, bukanlah suatu hal yang mudah. Guru dituntut profesional untuk melaksanakan semua itu. Peranan yang diemban oleh guru tidak hanya sekedar mengupayakan agar siswa dapa memperoleh berbagai ragam ilmu pengetahuan dan keterampilan. Akan tetapi lebih dari itu, seorang guru harus dapat mendorong siswa untuk dapat bekerja secara berkelompok dalam rangka menumbuhkan daya nalar, cara berpikir logis, sistimatis, kreatif, cerdas, dan rasa ingin tahu dan dapat menciptakan suasana yang membuat aktif siswa di dalam proses pembelajaran.

Bila siswa diberikan tanggung jawab yang lebih besar, maka siswa akan lebih serius belajar. Hal ini senada dengan pandangan Bejarono (1987) yang mengatakan bahwa pembelajaran yang dianggap paling baik yaitu siswa terlibat secara aktif di dalam proses belajar mengajar.

Mata Pelajaran IPA dipahami oleh siswa sebagai pelajaran yang membosankan dan tidak menarik. , sehingga pada akhirnya berpengaruh terhadap sikap siswa yang kurang aktif dan tidak termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran. Hal ini berakibat pada rendahnya prestasi hasil belajar yang diperoleh oleh siswa pada mata pelajaran ini.

Padahal, mata pelajaran IPA adalah salah satu mata pelajaran yang sangat penting, karena mata pelajaran ini di samping menjadi salah satu mata pelajaran yang diujiannasionalkan juga mencakup komponen kemampuan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri. Dalam Permen Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk mata pelajaran IPA di sekolah dasar ditetapkanpkan bahwa standar kompetensi lulusan mata pelajaran IPA di tingkat sekolah dasar adalah :



  1. Melakukan pengamatan terhadap gejala alam dan menceritakan hasil pengamatannya secara lisan dan tertulis

  2. Memahami penggolongan hewan dan tumbuhan, serta manfaat hewan dan tumbuhan bagi manusia, upaya pelestariannya, dan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya

  3. Memahami bagian-bagian tubuh pada manusia, hewan, dan tumbuhan, serta fungsinya dan perubahan pada makhluk hidup

  4. Memahami beragam sifat benda hubungannya dengan penyusunnya, perubahan wujud benda, dan kegunaannya

  5. Memahami berbagai bentuk energi, perubahan dan manfaatnya

  6. Memahami matahari sebagai pusat tata surya, kenampakan dan perubahan permukaan bumi, dan hubungan peristiwa alam dengan kegiatan manusia

Berdasarkan catatan dokumentasi, proses pembelajaran di kelas VI SDN No 104 Abbanuange pada kompetensi dasar “mengideintifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbanan alam (ekosistem) “ dengan model pengajaran langsung ternyata tidak mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa sehingga pada saat penilaian prestasi belajar yang diperoleh sangat mengecewakan.

Kurangnya aktivitas dan minat siswa terhadap pelajaran mengakibatkan rendahnya tingkat daya serap. Catatan dokumentasi tahun lalu dari salah satu kelas yang muridnya berjumlah 24 orang terdapat 11 orang siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (SKBM = 70) dan 13 orang siswa lain nilainya berada di bawah kriteria ketuntasan minimal. Kenyataan ini menunjukkan bahwa para siswa tidak mampu menyerap materi pelajaran yang diajarkan. Rerata klasikal hanya mampu mencapai 60,3. Ini memberikan asumsi bahwa daya serap siswa secara klasikal hanya mencapai 61 persen. Sungguh merupakan suatu masalah serius yang patut mendapat penanganan secara tepat.

Ketuntasan belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Hudoyo (1988:6) faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas proses belajar mengajar IPA adalah peserta didik, pengajar, sarana prasarana, dan penilaian. Rendahnya ketuntasan belajar IPA dipengaruhi oleh aktviitas siswa dan rendahnya aktviitas siswa dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
Masalah ini yang mendorong munculnya gagasan untuk menekankan kepada pengajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih melatih kemampuan berpikir, bernalar dan menggali segenap potensi yang ada pada dirinya. Siswa diarahkan agar mampu menempatkan dirinya sebagai pemeran penting dalam proses pembelajaran yaitu suatu proses belajar yang melibatkan siswa secara aktif. Strategi pembelajaran ini merupakan suatu bentuk inovasi untuk dapat menciptakan situasi pembelajaran yang menantang dan menyenangkan agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Rendahnya keaktifan dan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran IPA telah lama menjadi permasalahan guru di SDN No. 104 Abbanuange. Telah berbagai strategi pembelajaran model kelompok diterapkan dan dilakukan, namun proses pembelajaran hanya didominasi oleh siswa yang pandai, sementara siswa yang berkemampuan rendah dan sedang tidak memperlihatkan partisipasinya dalam pembelajaran, sehingga tidak terjadi interaksi dalam pembelajaran, terutama interaksi antara siswa dengan siswa.

Dalam kondisi seperti itu, tujuan pembelajaran model kelompok tidak terwujud karena siswa tidak mampu bekerja sama, tidak mampu menyampaikan pendapat dan menanggapi pendapat orang lain. Hal ini merupakan kegagalan guru dalam proses pembelajaran. Ada kecenderungan pembelajaran terpusat kepada guru (teacher centered). Tidak ada umpan balik (feedback) dari siswa sehingga proses pembelajaran tidak bermutu. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa hasil penilaian proses tidak sesuai dengan harapan.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan keaktifan dan motivasi siswa kelas VI SDN No. 104 Abbanuange dalam proses pembelajaran IPA, perlu penggunaan model pembelajaran yang tepat, yang dapat membangkitkan minat, keaktifan, dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang terpusat kepada guru (teacher centered) harus diubah menjadi pembelajaran yang terpusat kepada siswa (student centered). Artinya, pembelajaran terfokus pada penguasaan siswa atas materi dan penciptaan suasana belajar yang efektif dan menyenangkan, sehingga memudahkan siswa memahami pelajaran yang disajikan oleh guru. Keaktifan dan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran akan memberikan pengaruh yang besar untuk menjaga kelangsungan belajar siswa dalam tingkat kesungguhan belajar yang tinggi.

Selengkapnya dapat anda Download Di Sini



Hanya untuk berbagi : MUHAMMAD KARWAPI

1 Response to "PROPOSAL PTK 9 : Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas VI SDN No 104 Abbanuange Tentang Ekosistem"

  1. Tentunya banyak sekali manfaatnya, khususnya bagi guru sd/mi, I like.

    ReplyDelete

Tinggalkan Jejak Anda dengan Mengisi Kolom Komentar


ViralGen Referral Shopping

Translate